Bali memang terkenal dengan beragam budaya dan adatnya yang masih kental. Keunikan ini mengundang banyak wisatawan yang ingin merasakan nuansa otentiknya. Salah satu keunikan yang menarik wisatawan adalah rumah adat Bali.

Rumah adat Bali merupakan cerminan kekayaan budaya dan kearifan lokal masyarakat Bali. Setiap elemen dalam arsitektur tradisional ini sarat dengan makna filosofis yang mencerminkan hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan.

Nah, apakah Anda penasaran dengan berbagai macam, jenis, filosofi hingga makna arsitektur dari rumah adatnya? Jika iya, simak informasi dalam artikel ini selengkapnya ya!

9 Ragam Rumah Adat Bali

Rumah adat bali

Sumber gambar: TMII

Nah, berikut ini adalah beberapa ragam rumah adat Bali yang perlu Anda ketahui sebelum berkunjung.

1. Angkul-Angkul

Angkul-Angkul adalah gerbang utama yang menjadi pintu masuk ke dalam pekarangan rumah adat Bali. Strukturnya menyerupai candi bentar dengan atap di bagian atasnya. Selain berfungsi sebagai akses masuk, Angkul-Angkul juga melambangkan penyambutan dan penghormatan kepada tamu yang datang.

2. Aling-Aling

Setelah melewati Angkul-Angkul, terdapat Aling-Aling, yaitu dinding penyekat yang berfungsi menjaga privasi penghuni rumah serta menghalangi masuknya energi negatif. Aling-Aling juga dipercaya dapat menahan roh jahat agar tidak masuk ke dalam area rumah.

Baca juga : Sewa mobil Bali 

3. Pura Keluarga (Sanggah atau Merajan)

Pura Keluarga adalah tempat suci yang digunakan untuk bersembahyang dan memuja leluhur. Letaknya biasanya di sudut timur laut pekarangan, sesuai dengan konsep arah mata angin yang sakral dalam kepercayaan Hindu Bali.

4. Bale Daja (Bale Meten)

Bale Daja atau Bale Meten adalah bangunan yang terletak di bagian utara pekarangan dan berfungsi sebagai tempat tidur kepala keluarga atau anak gadis. Posisinya yang berada di utara melambangkan kehormatan dan status tinggi dalam keluarga.

5. Bale Dangin

Bale Dangin terletak di sisi timur pekarangan dan digunakan untuk upacara adat, tempat tidur tamu, atau kegiatan ritual lainnya. Arah timur dianggap suci karena berhubungan dengan matahari terbit, simbol kehidupan dan kesucian.

6. Bale Dauh

Bale Dauh berada di sisi barat pekarangan dan berfungsi sebagai tempat menerima tamu atau tempat tidur bagi anggota keluarga laki-laki yang belum menikah. Posisinya di barat berkaitan dengan matahari terbenam, yang melambangkan akhir dari aktivitas sehari-hari.

Baca juga : 12 penginapan murah di Bali dibawah 100ribu, Nyaman dan Oke!

7. Bale Delod (Bale Sekapat dan Bale Sakenem)

Bale Delod terletak di sisi selatan pekarangan dan digunakan untuk berbagai kegiatan, seperti tempat bersantai, menerima tamu, atau kegiatan keluarga lainnya. Bale Sekapat memiliki empat tiang, sedangkan Bale Sakenem memiliki enam tiang.

8. Paon (Dapur)

Paon adalah dapur tradisional yang biasanya terletak di bagian belakang atau pojok pekarangan. Selain sebagai tempat memasak, Paon juga digunakan untuk membuat sesajen yang akan dipersembahkan dalam upacara keagamaan.

9. Lumbung

Lumbung adalah bangunan penyimpanan padi atau hasil pertanian lainnya. Strukturnya dibuat tinggi dengan tujuan menghindari serangan hama dan menjaga kualitas hasil panen.

Baca juga : 12 Hotel di Kuta Bali dekat Pantai, Sunrise Cuma dari Balkon

Filosofi dalam Arsitektur Rumah Adat Bali

Rumah adat bali

Sumber Gambar: Orami

Pembangunan rumah adat Bali tidak hanya mempertimbangkan aspek fungsional, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai filosofis yang mendalam. Salah satu prinsip utama yang dianut adalah konsep “Tri Hita Karana”, yang berarti tiga penyebab kebahagiaan. Berikut ini adalah berbagai prinsipnya.

1. Parahyangan

Parahyangan memiliki arti hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan.

2. Pawongan

Pawongan berarti hubungan harmonis antara sesama manusia.

3. Palemahan

Palemahan bermakna hubungan harmonis antara manusia dengan lingkungan atau alam sekitarnya.

Selain itu, dalam penataan ruang dan bangunan, masyarakat Bali mengikuti pedoman “Asta Kosala Kosali”, yang serupa dengan konsep feng shui dalam budaya Tionghoa. Pedoman ini mengatur tata letak bangunan berdasarkan arah mata angin, fungsi ruang, dan keseimbangan lingkungan, sehingga tercipta harmoni antara penghuni rumah dengan alam dan spiritualitas.

Baca juga : 10 Wisata Anak di Bali, Edukatif dan Menyenangkan Banget!

Material dan Teknik Konstruksi dari Rumah Adat

Rumah adat Bali dibangun dengan menggunakan material alami yang mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Kayu menjadi bahan utama untuk struktur rangka bangunan, termasuk tiang dan balok, karena kekuatan dan daya tahannya. Selain itu, bambu sering dimanfaatkan sebagai bahan untuk atap, dinding, atau elemen dekoratif yang memberikan nuansa tradisional.

Batu alam juga banyak digunakan, terutama untuk pondasi, lantai, atau elemen struktural lainnya, karena sifatnya yang kokoh dan tahan lama. Untuk material atap, ijuk dan alang-alang menjadi pilihan utama. Material ini tidak hanya memberikan kesan alami tetapi juga menciptakan suasana yang sejuk di dalam rumah.

Teknik konstruksi tradisional pada rumah adat Bali dirancang sedemikian rupa agar mendukung sirkulasi udara dan pencahayaan alami. Pendekatan ini membuat rumah adat Bali nyaman dihuni tanpa bergantung pada teknologi modern, sehingga mencerminkan harmoni antara desain arsitektur dan lingkungan sekitarnya.

Baca juga : 9 Wisata Bedugul Terbaru, Paling Populer Untuk Liburan!

Tertarik Mengunjungi Rumah Adat Bali? 

Rumah adat Bali bukan sekadar tempat tinggal, melainkan representasi dari filosofi hidup masyarakat Bali yang menjunjung tinggi keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan. Setiap elemen arsitekturnya sarat dengan makna mendalam yang mencerminkan kearifan lokal dan nilai-nilai spiritual yang luhur. Nah, jika Anda tertarik untuk melihat lihat rumah adat Bali namun bingung menentukan iternity atau membuat rancangan budget, Anda bisa mempercayakan Niagatour dengan memilih paket wisata Bali dari kami yang terjangkau ya!